Background

Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama Galoran. Ia termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat orangtuanya. Namun Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada waktu orang tuanya meninggal dunia ia semakin sering berfoya-foya. Karena itu lama kelamaan habislah harta orangtuanya. Walaupun demikian tidak membuat Galoran sadar juga, bahkan waktu dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan. Iba warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada yang menawarkan pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja tanpa mau melakukan pekerjaan tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut oleh seorang janda berkecukupan untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini membuat Galoran sangat senang ; "Pucuk dicinta ulam pun tiba", demikian pikir Galoran.

Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin dan pandai menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan Jambean sampai dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat membenci anak tirinya itu, karena seringkali Jambean menegurnya karena selalu bermalas-malasan.
Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada istrinya : " Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia menasehati orangtua! Patutkah itu ?" "Sabar, Kak. Jambean tidak bermaksud buruk terhadap kakak" bujuk istrinya itu. "Tahu aku mengapa ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi meninggalkan rumah ini !" seru nya lagi sambil melototkan matanya. "Jangan begitu kak, Jambean hanya sekedar mengingatkan agar kakak mau bekerja" demikian usaha sang istri meredakan amarahnya. "Ah .. omong kosong. Pendeknya sekarang engkau harus memilih .. aku atau anakmu !" demikian Galoran mengancam.

Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung hatinya. Ratapnya : " Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean. Jambean anakku, mari kemari nak" serunya lirih. "Sebentar mak, tinggal sedikit tenunanku" jawab Jambean. "Nah selesai sudah" serunya lagi. Langsung Jambean mendapatkan ibunya yang tengah bersedih. "Mengapa emak bersedih saja" tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah rencana bapak Jambean yang merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan sedih Jambean pun berkata : " Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah aku memenuhi keinginan bapak. Yang benar akhirnya akan bahagia mak". "Namun hanya satu pesanku mak, apabila aku sudah dibunuh ayah janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendungan" jawabnya lagi. Dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai permintaan Jambean sang ibu membuang mayatnya di bendungan. Dengan ajaib batang tubuh dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput, atau disebut juga dengan keong dalam bahasa Jawanya.

Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara bernama Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup dengan sangat melarat dan bermata pencaharian mengumpulkan kayu dan daun talas. Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke dekat bendungan untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat udang dan siput yang berwarna kuning keemasan. "Alangkah indahnya udang dan siput ini" seru Mbok Rondo Sambega "Lihatlah betapa indahnya warna kulitnya, kuning keemasan. Ingin aku bisa memeliharanya" serunya lagi. "Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang" sahut Mbok Rondo Sembadil. Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk dibawa pulang. Kemudian udang dan siput tersebut mereka taruh di dalam tempayan tanah liat di dapur. Sejak mereka memelihara udang dan siput emas tersebut kehidupan merekapun berubah. Terutama setiap sehabis pulang bekerja, didapur telah tersedia lauk pauk dan rumah menjadi sangat rapih dan bersih. Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil juga merasa keheranan dengan adanya hal tersebut. Sampai pada suatu hari mereka berencana untuk mencari tahu siapakah gerangan yang melakukan hal tersebut.

Suatu hari mereka seperti biasanya pergi untuk mencari kayu dan daun talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian setelah berjalan agak jauh mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari dapur terdengar suara gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan melihat seorang gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat yang berisi udang dan Keong Emas peliharaan mereka. "tentu dia adalah jelmaan keong dan udang emas itu" bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo Sembadil. "Ayo kita tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang dan Keong Emas" bisik Mbok Rondo Sembadil. Dengan perlahan-lahan mereka masuk ke dapur, lalu ditangkapnya gadis yang sedang asik memasak itu. "Ayo ceritakan lekas nak, siapa gerangan kamu itu" desak Mbok Rondo Sambega "Bidadarikah kamu ?" sahutnya lagi. "bukan Mak, saya manusia biasa yang karena dibunuh dan dibuang oleh orang tua saya, maka saya menjelma menjadi udang dan keong" sahut Jambean lirih. "terharu mendengar cerita Jambean kedua bersaudara itu akhirnya mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka. Sejak itu Keong Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan menenun. Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan terebut keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi bertambah kaya dari hari kehari.

Sampailah tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda sangat tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut. Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan tenunan tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan dengan menyamar sebagai saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas tersebut, dan sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau Keong Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas untuk dijadikan permaisurinya. Betapa senang hati kedua janda bersaudara tersebut.



TRANSLATE : Keong Mas ( from Java, Indonesia )



Once upon a time in ancient times there lived a young man named Galoran. He was among those who respected his parents because of the wealth and rank. However Galoran very lazy and wasteful. Day-to-day work only squander the treasure parents, even when his parents died he was more often dissipate. Because of her parents' possessions will be lost over time. Despite not making Galoran aware too, even with the time spent simply lazing and walking around. Iba villagers see it. But every time someone offers him a job, Galoran just eat and sleep without willing to do the work. But finally galoran collected by a wealthy widow to be his friend. This makes Galoran very happy; "shoots beloved side dish arrived", so thought Galoran.

The widow has a daughter who is very diligent and clever weaving, Jambean name. Jambean woven so well known throughout the village up. However Galoran stepson hated it, because often Jambean reprimanded for always lazy.
Galoran hatred so deep, to bear planned the murder of his stepson alone. Sharply he said to his wife: "Hey, Nyai, really brave Jambean me. Dare she advises parents! Shall it?" "Patience, Sister. Jambean not mean bad against brother" persuaded his wife. "I know why he acts rude to me, so I'm going to leave this house!" cried his eyes again as he melototkan. "Do not be so kak, Jambean sister just reminded that want to work" the efforts of the wife relieve his anger. "Ah .. crap. Anyway now you have to choose .. me or your son!" Galoran so threatening.

Jambean mother grieved. The mother cried day and night because her confused. She wailed: "Until your father abused me jambean heart. Jambean my son, let's come here boy" she cried softly. "Mak moment, there is little weaving" said Jambean. "Well it's done" he cried again. Jump Jambean get his mother who was grieving. "Why Mother grieve alone," he asked with compassion. So diceritakanlah plan Jambean father who planned to kill Jambean. Jambean sadly, he said: "Let mak do not be sad, let me satisfy you. Which really mak finally be happy." "But only one mak my message, if I had killed my father planted but do not just throw it over my dead body to the dam" he replied. With great sadness the mother was nodding. Finally Jambean was killed by his stepfather, and his mother Jambean demand dumped his body in the dam. With a magical trunk and head Jambean turned into shrimp and snails, also called the snail in Javanese language.

Tersebutlah village widows Dadapan two brothers named Mbok Sambega Rondo and Rondo Mbok Sembadil. Second widow was living with a very needy and earns a meager living collecting wood and taro leaves. One day the brothers are going to close the dam to look for taro leaves. So stunned they saw shrimp and snails are golden brown. "What a wonderful shrimp and snails" Rondo said Mbok Sambega "Look how beautiful the color of his skin, golden yellow. Want I can keep it" he cried again. "Well so beautiful, we just bring it home shrimp and snails" Rondo said Mbok Sembadil. Then picked shrimp and snails to take home. Then the shrimp and snails is they put them in a clay jar in the kitchen. Since they maintain the golden shrimp and snails they also life changing. Especially any home after work, the kitchen has provided the side dishes and the house to be very neat and clean. Mbok Sambega Rondo and Rondo Mbok Sembadil also feel amazed with the things. Until one day they plan to find out who it was that did it.

One day they went to look for the usual wood and taro leaves, they pretend to leave and then after walking some distance they slip right back into the kitchen. From the kitchen came the sound of rustling, the brothers soon peek and see a gorgeous girl out of the clay jars containing shrimp and Keong Emas their pet. "Of course he is the incarnation of snails and shrimp golden" whispered Mbok Sambega to Mbok Rondo Rondo Sembadil. "Let's catch before it was transformed back into a prawn and Keong Emas" whispered Mbok Sembadil Rondo. Slowly they entered the kitchen, and the arrest of a girl who is cool to cook it. "Tell me quickly nak, who the hell you were" urged Mbok Rondo Sambega "Bidadarikah you?" he said again. "Not a Mak, I am the man that was killed and disposed of by my parents, then I turned into shrimp and snails" Jambean said softly. "Touched by the story of two brothers Jambean finally took Keong Emas as their foster child. Since it Keong Emas helped to weave the two brothers. Weave very beautiful and nice so terkenallah stretcher woven throughout the country, and his widow became increasingly wealthy brothers of the day to day.

The fabric arrived in the capital of the kingdom. The young king was very interested in artificial woven Jambean or the Keong Emas. Finally the king decided to review its own manufacture woven and left the kingdom disguised as a cloth merchant. Finally the king know about Keong Emas, and is excited by the beauty and craft Keong Emas. The king commanded the two brothers to bring Jambean or Keong Emas to enter into the kingdom and the Keong Emas proposed to be queen. How happy the two brothers widow.




Pada jaman dahulu di Tondano hiduplah seorang pemburu perkasa yang bernama Sigarlaki. Ia sangat terkenal dengan keahliannya menombak. Tidak satupun sasaran yang luput dari tombakannya. Sigarlaki mempunyai seorang pelayan yang sangat setia yang bernama Limbat. Hampir semua pekerjaan yang diperintahkan oleh Sigarlaki dikerjakan dengan baik oleh Limbat. Meskipun terkenal sebagai pemburu yang handal, pada suatu hari mereka tidak berhasil memperoleh satu ekor binatang buruan. Kekesalannya akhirnya memuncak ketika Si Limbat melaporkan pada majikannya bahwa daging persediaan mereka di rumah sudah hilang dicuri orang.

Tanpa pikir panjang, si Sigarlaki langsung menuduh pelayannya itu yang mencuri daging persediaan mereka. Si Limbat menjadi sangat terkejut. Tidak pernah diduga majikannya akan tega menuduh dirinya sebagai pencuri.


Lalu Si Sigarlaki meminta Si Limbat untuk membuktikan bahwa bukan dia yang mencuri. Caranya adalah Sigarlaki akan menancapkan tombaknya ke dalam sebuah kolam. Bersamaan dengan itu Si Limbat disuruhnya menyelam. Bila tombak itu lebih dahulu keluar dari kolam berarti Si Limbat tidak mencuri. Apabila Si Limbat yang keluar dari kolam terlebih dahulu maka terbukti ia yang mencuri.


Syarat yang aneh itu membuat Si Limbat ketakutan. Tetapi bagaimanapun juga ia berkehendak untuk membuktikan dirinya bersih. Lalu ia pun menyelam bersamaan dengan Sigarlaki menancapkan tombaknya.


Baru saja menancapkan tombaknya, tiba-tiba Sigarlaki melihat ada seekor babi hutan minum di kolam. Dengan segera ia mengangkat tombaknya dan dilemparkannya ke arah babi hutan itu. Tetapi tombakan itu luput. Dengan demikian seharusnya Si Sigarlaki sudah kalah dengan Si Limbat. Tetapi ia meminta agar pembuktian itu diulang lagi.


Dengan berat hati Si Limbat pun akhirnya mengikuti perintah majikannya. Baru saja menancapkan tombaknya di kolam, tiba-tiba kaki Sigarlaki digigit oleh seekor kepiting besar. Iapun menjerit kesakitan dan tidak sengaja mengangkat tombaknya. Dengan demikian akhirnya Si Limbat yang menang. Ia berhasil membuktikan dirinya tidak mencuri. Sedangkan Sigarlaki karena sembarangan menuduh, terkena hukuman digigit kepiting besar. 


TRANSLATE :

In antiquity in Tondano lived a mighty hunter named Sigarlaki. He is very famous for its expertise spear. None of the targets were missed tombakannya. Sigarlaki have a very loyal servant named Limbat. Almost all of the work ordered by Sigarlaki done well by Limbat. Although well known as a powerful hunter, one day they were unable to obtain a tail game. The frustration finally peaked when Limbat reported to her employer that meat supplies in their homes have been lost stolen.

Without thinking, the Sigarlaki directly accused the maid was stealing their meat supplies. The Limbat be very surprised. Never thought employers would bear accuse him of theft.


Then Si Si Limbat Sigarlaki asked to prove that he was not stealing. The trick is Sigarlaki will stick his spear into a pond. At the same time he sent Limbat Si diving. When the spear was first out of the pool means Si Limbat not steal. When The Limbat coming out of the pool first then proved that he stole.


Terms of weird that makes The Limbat fear. But then he was willing to prove himself clean. Then he dived Sigarlaki plugging along with his spear.


Just stick the spear, suddenly Sigarlaki saw a wild pig drinking at a pool. He immediately raised his spear and threw it toward the boar. But tombakan had escaped. The Sigarlaki thus should have lost to Si Limbat. But he asked that the evidence was repeated again.


With a heavy heart Limbat The employer finally follow orders. Just stick the spear in the pool, suddenly Sigarlaki leg was bitten by a large crab. And he cried out in pain and unintentionally raised his spear. Thus finally Si Limbat wins. He was able to prove he did not steal. While Sigarlaki because of indiscriminate accused, suspended bitten big crab.

Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah, supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.

Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.

“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.” “Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.

“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri. Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.

“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.

“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba. “Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah
.

TRANSLATE IN ENGLISH 



A long time ago in a village lived a family consisting of father, mother and a beautiful teenage girl named garlic. They are a happy family. Although garlic dad just ordinary traders, but they live in harmony and peace. But one day the mother garlic ill and eventually died. Garlic is grieving as well as his father.

In the village it was also a widow who had a son named Bawang Merah. Since mother died Garlic, Shallots mother often visited the house of Garlic. He often brought food, helped garlic around the house or simply accompany Garlic and father to talk. Finally Garlic father thought that it might be better if he married the mother alone with Shallots, Garlic not so lonely anymore.

In consideration of the garlic, then the father is married to the mother Garlic onion. Originally mother red onion and garlic are very good to. But over time they started to look true nature. They often scold garlic and gave him a tough job if my father was going to trade Garlic. Garlic should be doing all the housework, while Onion and his mother just sitting around. Course, Garlic father did not know, because garlic is never told.

One day Garlic father fell ill and later died. Since then Onion and her increasingly powerful and persecution against Garlic. Garlic is almost never rested. He had to get up before dawn to prepare breakfast for the water bath and Onion and his mother. Then he had to feed livestock, watering gardens and washing clothes to the river. Then he still had to iron, clean the house, and many other jobs. Garlic, however always happy to do his job, because he hopes one day his stepmother would love her like his own child.

This morning as usual Garlic carrying basket of clothes to be washed in the river. With a little singing her down a path at the edge of a small forest usual path. The day was very sunny. Garlic immediately wash all the dirty clothes he was carrying. Because of too much fun, not realizing bahwasalah Garlic has a shirt washed away. Unfortunately the clothes are washed favorite shirt stepmother. When he realized this, his stepmother clothes had been washed away too far. Garlic trying to look down the river, but did not find him. In desperation, he returned home and told his mother.

"Basic careless!" Snapped the stepmother. "I do not want to know, just you have to find something to wear that! And do not dare to go home if you have not found it. Got it? "

Garlic ibun forced to the wishes of his step. He quickly washed down the river where he was. Mataharisudah began to rise, however Garlic not find her clothes. She put up her eyes, carefully examined every snaking roots overhanging the river, who knows her clothes caught there. After stepping away and the sun was already leaning to the west, Garlic saw a shepherd who was bathing buffalo. Garlic then asked: "O good uncle, if uncle saw a red shirt who drifted through here? Since I had to find and bring him home. "" Yes I had seen my son. If you chase him quickly, maybe you can catch him, "said the uncle.

"Well uncle, thank you!" Said Garlic and immediately ran back down. It was getting dark, Garlic was getting desperate. Soon the night would come, and Garlic. From a distance looks light coming from a shack on the banks of the river. Garlic immediately approached the house and knocked.
"Excuse me ...!" Garlic said. An old woman opened the door.
"Who are you boy?" Asked the old woman.

"My Grandma Garlic. Just now I was looking for my mother's clothes were washed away. And now benighted. Can I stay here tonight? "Asked Garlic.
"Sure kid. Are you looking for clothes that are red? "Said the grandmother.
"Yes, Grandma. What ... grandmother to find it? "Asked Garlic.

"Yes. The last dress was stuck in front of my house. Unfortunately, even though I liked the clothes, "said the grandmother. "Well I'm going to return it, but first you must accompany me here for a week. I have not talked with anyone, how? "Pleaded nenek.Bawang White thought for a moment. The old woman looked lonely. Garlic also feel pity. "Well Grandma, I'll stay with my grandmother for a week, as long as grandma does not get bored with me," he said with a smile Garlic.

Garlic for a week staying with the grandmother. Every day Garlic helps with housework grandmother. Of course, the old woman happy. Until finally even been a week, grandmother hailed garlic.
"Son, have you lived here a week. And I'm glad that you are diligent and dutiful son. For that suit you promised your mother should bring clothes home. And another thing, you may choose one of two pumpkins this as a gift, "said the grandmother.
Garlic initially refused to be rewarded but the grandmother still forced. Garlic eventually chose the smallest pumpkin. "I am not afraid to take a big strong," he said. Grandma smiled and drove to the front of the house garlic.

At home, Garlic handed his stepmother's red dress as she went into the kitchen to split the yellow squash. Garlic was surprised when the pumpkin was split, in which apparently contains a lot of gold jewels. She screamed and was so excited to tell this magical stepmother and red onion langsun greedily grab the gold and jewels. They forced garlic to tell how he got the gift. Garlic also told the truth.

Hear the story of garlic, onion and her mother plan to do the same thing but this time the onion will do. In short onion finally got the old grandmother's house on the edge of the river. Such as garlic, onion was asked to accompany him for a week. Unlike an avid garlic, onion during the week it's just lazy. If anything that is done then the result is never good because it is always done at random. Finally after a week grandmother allow onions to go. "Should not the grandmother gave me as a gift because the pumpkin with you for a week?" Asked onions. The old woman had ordered onion choose one of two pumpkins on offer. Onion quickly take a large pumpkin and no thank you he walked away.

When he got home to his mother immediately shallots and happily brought the pumpkin show. For fear of garlic will ask for parts, they had garlic to go to the river. Then they impatiently split the pumpkin. But it was not gold jewels out of the flask, but venomous animals such as snakes, scorpions, and others. The animals were immediately attacked the onion and her mother to death. That is the reward of the greedy




Di Bali, hidup seorang raja yang bergelar Sri Bagening. Sang Ra­ja memiliki banyak istri, dan istri ter­­­akhirnya bernama Ni Luh Pasek. Ni Luh Pasek berasal dari Desa Panji, dan ma­­sih ke­­turunan Kyai Pasek Gobleng. Su­a­tu waktu, Ni Luh Pasek mengandung. Oleh suami­nya, ia dititipkan kepada Kyai Je­lan­tik Bogol. Tak berapa lama, anaknya pun lahir. Anak itu diberi nama I Gede Pa­sekan. I Gede Pasekan mempunyai wi­­ba­wa besar sehingga sangat dicintai dan dihormati oleh pemuka masyarakat mau­pun masyarakat biasa.
Suatu hari, ketika usianya menginjak dua puluh tahun, ayahnya berkata pada­nya, “Anakku, sekarang pergilah engkau ke Den Bukit di daerah Panji.”
“Mengapa ayah?”
“Karena di sanalah tempat kelahiran ibumu.”
Sebelum berangkat, ayah angkatnya mem­berikan dua buah senjata bertuah, yaitu sebilah keris bernama Ki Baru Se­mang dan sebatang tombak bernama Ki Tunjung Tutur. Dalam perjalanannya, I Gede Pasekan diiringi oleh empat puluh pe­nga­wal yang dipimpin Ki Dumpiung dan Ki Dosot. Ketika sampai di daerah yang di­­­­­­­sebut Batu Menyan, mereka bermalam dengan dijaga ketat oleh para pengawal secara bergantian.

Saat tengah malam, tiba-tiba datang makhluk ajaib penghuni hutan. Dia meng­ang­kat I Gede Pasekan ke atas pun­daknya se­hingga I Gede Pasekan dapat me­lihat pe­­man­dangan lepas ke lautan dan da­ratan yang ter­­bentang di hadapannya. Ke­tika dia me­­man­dang ke arah timur dan barat laut, ia me­li­hat pulau yang amat jauh. Ketika me­­li­hat ke arah selatan pemandangannya di­­halangi oleh gunung. Setelah makhluk itu pergi kemudian terdengar bisikan.
“I Gusti, sesungguhnya apa yang te­lah engkau lihat akan menjadi daerah ke­kuasaanmu.”
Keesokan harinya rombongan itu me­­lan­jutkan perjalanan. Meski sulit dan pe­nuh rintangan akhirnya rombongan I Gede Pasekan berhasil mencapai tujuan, yaitu Desa Panji, tempat kelahiran ibunya.
Suatu hari, ada sebuah perahu Bugis yang terdampar di pantai Panimbangan.Warga setempat yang dimintai tolong tak mampu mengangkatnya.
Keesokan harinya orang Bugis pemilik perahu itu meminta tolong pada I Gede Pasekan.
“Tolonglah kami, Tuan. Jika Tuan ber­hasil mengangkat perahu kami, se­bagian muatan itu akan kami serahkan kepada Tuan sebagai upahnya.”
“Kalau itu keinginan kalian, saya akan berusaha mengangkat perahu itu,” jawab I Gede Pasekan.
I Gede Pasekan segera memusatkan pikiran. Dengan kekuatan gaibnya, perahu yang kandas itu berhasil diangkatnya. Se­ba­gai ungkapan rasa terima kasih, orang Bugis itu memberikan hadiah berupa se­tengah dari isi perahu itu kepada I Gede Pasekan. Di antara hadiah itu terdapat dua buah gong besar. Sejak saat itu I Gede Pasekan menjadi orang kaya dan bergelar I Gusti Panji Sakti.
Kekuasaan I Gede Pasekan mulai me­­­­luas dan menyebar sampai ke mana-mana. Dia pun mendirikan kerajan baru di Den Bukit. Kira-kira abad ke-17, ibukota ke­rajaan itu disebut orang dengan nama Su­ka­sada. Kerajaaan I Gede Pasekan itu ber­­kem­bang hingga ke utara. Daerah itu ba­­nyak ditumbuhi pohon buleleng. Oleh karena itu, pusat kerajaan beralih ke wi­la­­­yah itu. Wilayah itu pun diberi nama Buleleng.
Di Buleleng dibangun sebuah istana megah yang diberi nama Singaraja. Nama ini menunjukkan bahwa penghuninya ada­lah seorang raja yang gagah perkasa lak­sana singa. Namun, ada pendapat yang mengatakan bahwa nama Singaraja arti­nya tempat persinggahan raja. Barangkali ketika sang Raja masih di Sukasada, se­ring singgah di sana. Jadi, kata Singaraja berasal dari kata singgah raja.